Pembagian Daging Qurban Idul Adha, kita atau mereka yang lebih membutuhkan?

Suara takbir berkumandang. Seperti tahun – tahun sebelumnya, gema takbir ini membuat hati begitu tenang dan damai. Malam ini malam Idul Adha 1430 H, maka tak heran jika gema takbir akan terus membahana sampai matahari datang kembali.

Idul Adha merupakan salah satu hari raya umat muslim dimana bagi hamba Allah yang mampu diwajibkan untuk berqurban. Saling berbagi terhadap sesamanya yang kurang mampu. Namun, seperti tahun – tahun sebelumnya selalu ada fenomena yang mencengangkan terjadi di setiap pembagian hewan qurban. Semua orang yang mendapat kupon daging berbondong – bondong menuju tempat panitian pengambilan daging qurban. Tak banyak dari mereka saling dorong – mendorong antara pengantri – pengantri lainnya. Hal ini tentu mengakibatkan keributan di antara para pengantri. Bukan hanya itu saja, bahkan tak jarang peristiwa ini memakan korban. Itulah sedikit gambaran tentang masyarakat kita saat ini.

Namun, saya tidak ingin membahas lebih jauh orang – orang yang kurang beruntung itu. Bagi saya itu wajar karena sekantong daging bagi mereka mungkin bagai permata bagi saya. saya tak pernah membayangkan jika ada hujan mutiara atau berlian, apa perilaku saya tidak seperti mereka juga. Yang saya pikirkan tentang keadaan di atas sekarang adalah, siapa sih yang sebenarnya membutuhkan. Kita sebagai pendana atau mereka sebagai penerima amal.

Idul adha merupkan salah satu momen bagi kita untuk saling berbagi. Mencari pahala sebanyak – banyaknya dengan menyisihkan sebagian harta untuk berqurban. Dan seharusnya dalam melakukan ibadah ini, kita tidak setengah – setengah. Tidak menyusahkan mereka yang telah membatu kita untuk beramal saleh secara tidak langsung. Jika kita memang ingin bersedekah dengan sungguh – sungguh, mengapa bukan kita saja yang mendata dan mengantar ke alamat mereka satu persatu. Bukankah itu akan memberikan suatu kebahagian yang lebih bagi mereka dan tentunya Insya Allah akan dilipatgandakan pahala kita. Dan memang itulah kewajiban kita sebagai orang yang telah diberikan sedikit keberuntungan oleh Allah SWT. Karena memang kalau kita telaah dalam – dalam, kitalah yang lebih membutuhkan. Bayangkan jika mereka sudah lelah dan tidak mau menerima amal kita. Satu pintu ibadah tentu telah tertutup bagi kita. Selain itu, kita juga kan yang membutuhkan pahala ini, kita beramal dengan cara berqurban tentu karena ingin dapat pahala dan ridho dari Allah SWT, so kenapa tidak kita lakukan ibadah kita dengan sebaik – baiknya. Selama kita mampu dan masih diberi kesempatan bagi Allah SWT.

Tulisan di atas merupakan opini pribadi dari saya, silakan saja kalau tidak setuju. Mari berdiskusii

0 komentar:

Follower

All about Informatics engineering

capcuss


ShoutMix chat widget

Pengunjung ke